Dorong Pemberdayaan Perempuan lewat ILO MAMPU
Sebagai penambah daya dorong kegiatan pemberdayaan perempuan dalam
penanggulangan kemiskinan, International Labour Organization (ILO) atau
Organisasi Buruh Internasional yang berada di bawah Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB); bekerja sama dengan PNPM Mandiri Perkotaan
melahirkan program ILO MAMPU. Program ini melakukan pendekatan dengan
cara memperkuat pembangunan ekonomi dan sosial perempuan, yang dicapai
melalui penyediaan layanan pengembangan usaha bagi kelompok perempuan.
Sekaligus merupakan daya dukung bagi perempuan terpinggirkan, rentan dan
miskin pada masyarakat sasaran, guna mengatasi kemiskinan melalui akses
terhadap pekerjaan yang produktif.
Hal tersebut dijelaskan oleh Koordinator Kota (Koorkot) Kabupaten
Sidoarjo Winardi ketika Tim ILO dari Jakarta mengunjungi Desa
Banjarpanji, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, pada Kamis, 30
Mei 2013. Ini merupakan kunjungan pertama Tim ILO ke lokasi sasaran ILO
MAMPU Pilot Project di
Kabupaten Sidoarjo. “Sebuah kebanggan bagi Tim Jatim 117, karena
wilayah desa/kelurahan kami menjadi bagian dari kegiatan program ILO
MAMPU,” katanya.
Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka menindaklanjuti rencana
pengembangan masyarakat secara paralel di wilayah kerja PNPM Mandiri
Perkotaan. Selain mengunjungi Kabupaten Sidoarjo, Tim ILO MAMPU juga ke
Kota Surabaya dan Malang.
Ia menjelaskan, ILO MAMPU baru pertama kalinya dibentuk dengan
Provinsi Sumatera Utara dan Jawa Timur yang terpilih sebagai lokasi pilot project kegiatan. Untuk
Provinsi Jawa Timur, program ILO MAMPU mencakup Kota Surabaya,
Kabupaten Sidoarjo dan Kota Malang. Bagi Kabupaten Sidoarjo sendiri,
program dilaksanakan di lima desa/kelurahan, yakni Desa Banjarpanji,
Penatarsewu, Ketegan, Krembung dan Wonomelati, yang berada di dua
kecamatan: Kecamatan Tanggulangin dan Kecamatan Krembung.
Program ILO MAMPU, kata Winardi, diharapkan bisa menjadi daya dukung
dan pendorong berkembangnya KSM yang sudah difasilitasi oleh PNPM
Mandiri. Terutama penguatan kelompok masyarakat yang berbasis kelompok
perempuan. Karena, selama ini banyak hal yang belum bisa dilakukan Unit
Pengelola kegiatan Keuangan (UPK ), Unit Pengelola kegiatan Lingkungan
(UPL) dan Unit Pengelola kegiatan Lingkungan (UPS). Utamanya terkait
pembinaan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Untuk Desa Banjarpanji
saja, yang memiliki 25 KSM ekonomi beranggotakan 143 keluarga miskin,
ternyata UPK belum mampu memberikan pembinaan dan penguatan KSM.
Kunjungan TIM ILO ke Desa Banjarpanji diisi dengan sesi Diskusi Kelompok atau Forum Group Discussion (FGD) bersama kelompok perempuan. Khususnya perempuan miskin dan telah menjalankan usaha kecil/menengah, baik yang pernah menerima Revolving Loan Fund (RLF)
atau pinjaman ekonomi bergulir maupun yang belum pernah. Tim ILO juga
akan melakukan interview dengan tokoh masyarakat terutama anggota BKM
dan pelaku PNPM lainnya.
Tim ILO MAMPU, yang terdiri atas dua orang: Project Officer di
Surabaya Lilis Suryani dan Nia dari ILO Jakarta itu mengunjungi lokasi
dengan didampingi oleh Koorkot Sidoarjo dan Asisten Koorkot (Askot)
Manajemen Keuangan (MK) Agatha. Diawali dengan perkenalan dan wawancara
dengan kepala desa. Dalam sesi tersebut, Kepala Desa Banjarpanji Choirul
Anam mengapresiasi kehadiran tim ILO, berharap program ILO MAMPU
benar-benar dapat direalisasikan di Sidoarjo, khususnya Desa
Banjarpanji. Dan, program dapat memberikan manfaat serta digunakan untuk
kepentingan masyarakat.
Kepala Desa (batik merah) memberikan masukan dan
infomasi kepada Tim ILO yang didamping oleh Korkot Sidoarjo serta
harapan agar program ILO MAMPU ini memberikan kemanfaatan bagi
masyarakat
Dalam sambutannya, kepala desa yang biasa dipanggil Cak Anam itu
menyampaikan bahwa mata pencaharian penduduk Desa Banjarpanji 80%
mencari ikan sisa-sisa panen “buri”, dan penunggu/penjaga tambak. Oleh
karena itu, Cak Anam meminta agar program ILO MAMPU kelak benar-benar
mampu memberdayakan masyarakat yang berkelanjutan, bukan instan semata.
“Di Desa Banjarpanji, bikin apa saja bisa. Bikin kerupuk bisa, terasi
juga bisa, juga pengolahan hasil ikan lain. Hanya saja, jiwa
kewirausahaannya masih minim dan pemasarannya juga agak sulit,” ujar
laki-laki yang juga memiliki usaha kolam ikan dan pemancingan ini.
Sedikit berkelakar, ia mengimbau kaum ibu agar membuat usaha, bukannya ngerumpi.
“Dari pada wangi-wangi kantong kering, lebih baik bau asap tapi kantong
tebal. Jangan lihat pekerjaan, tapi lihat hasilnya, uangnya,” kata Cak
Anam. Lebih lanjut ia berharap agar ILO MAMPU dan PNPM Mandiri Perkotaan
mampu membangun jiwa enterpreneur bagi masyarakat.
Selanjutnya, acara FGD dilaksanakan dengan menghadirkan pelaku PNPM
Mandiri Perkotaan—diwakili oleh Pimpinan Kolektif Lembaga Keswadayaan
Masyarakat (LKM) Surya Mandiri, Desa Banjar Panji; tokoh masyarakat,
pemerintah desa dan KSM perempuan yang diwakili oleh 5 KSM.
Pada kesempatan tersebut, Koordinator LKM Surya Mandiri Saifullah
menyampaikan terima kasih atas kunjungan Tim ILO dan Tim Korkot
Kabupaten Sidoarjo. Ia mengatakan, masyarakat sangat senang dengan
program PNPM Mandiri Perkotaan yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2009
di Desa Banjarpanji. “Program ini telah mampu memberikan manfaat baik
dari sisi lingkungan atau infrastruktur, sosial dan ekonomi.
Khusus untuk kegiatan ekonomi, di Desa Banjarpanji telah terbentuk
sebanyak 25 KSM, dengan anggota perempuan berjumlah hampir 90%-nya.
Berbagai KSM ini melakoni berbagai macam usaha. Di antaranya, meracang
(jual sayur-mayur, ikan, dan lain-lain), membuat kue, membuka toko dan
lain-lain. Namun, mengingat sumberdaya LKM dan UPK yang terbatas, KSM
membutuhkan pendampingan guna peningkatan usaha dan penghasilan. Oleh
karena itu, adanya rencana program ILO MAMPU ini disambut dengan baik.
Sementara itu, Tim ILO menyampaikan harapan dalam kunjungan tersebut,
yakni secara khusus ingin menggali permasalahan perempuan. Lilis,
Project Officer ILO di Surabaya mengatakan, dana bergulir yang sudah
difasilitasi melalui program PNPM Mandiri mungkin belum mampu mendorong
jiwa enterpreneur, yang dalam bahasa sederhananya: “Gak ngerti yaopo nggolek duit”. (Artinya: tidak tahu bagaimana mencari uang).
Ia mengatakan, proses ILO saat ini adalah merekrut fasilitator mata pencaharian, yang akan mendapat support
dari ILO serta bertugas mendampingi kaum ibu di lokasi sasaran. ILO
akan bekerjasama dengan Pusat Pengembangan Bisnis di Jakarta guna
merumuskan bagaimana penguatan dan pengembangan kapasitas manusia, dan
akan difasilitasi oleh fasilitator yang ada di setiap kecamatan.
Tujuannya adalah tumbuh dan berkembangnya KSM ekonomi, terutama
perempuan. Menurut Lilis, rencananya pada Agustus 2013 Tim Fasilitator
sudah akan tiba di Banjarpanji dan mendampingi hingga tahun 2014.
“Kalau program ini sukses, bisa jadi akan dikembangkan ke kecamatan atau wilayah kabupaten lain di Indonesia,” tegas Lilis.
FGD yang dipandu oleh Nia dan Lilis sendiri dilaksanakan khusus
kepada KSM perempuan, dengan membentuk kelompok diskusi melingkar.
Secara umum pemandu dari Tim ILO menggali potensi usaha, kendala dan apa
saja yang sudah dilakukan oleh kaum ibu dalam melakukan usaha, mencari
modal dan bagaimana dengan program ekonomi yang sudah difasilitasi oleh
PNPM Mandiri. Diskusi yang berlangsung terkesan sangat cair. Bahkan
sesekali terdengar gurauan dan canda. Ini karena biasanya orang desa
tidak bisa dihadapi dengan cara yang terlalu serius.
Diskusi diawali dengan pancingan pertanyaan-pertanyaan dari Tim ILO
terkait dengan hal-hal tersebut di atas. Antara lain, pertanyaan tentang
apa saja usaha para ibu peserta FGD, sudah berapa kali pinjaman,
digunakan untuk apa uang dari PNPM, dan seterusnya. Diskusi begitu
mengalir dan sangat hidup. Bahkan, Tim ILO mengakui banyak hasil yang
diperoleh mereka dalam kunjungan awal ini. Lebih lanjut diharapkan,
kunjungan ini memberi masukan dan manfaat bagi pengembangan program PNPM
ke depan, khususnya untuk Tim ILO yang akan melaksanakan proyek ILO
MAMPU di Kabupaten Sidoarjo. Sukses ILO MAMPU. Jayalah PNPM (Yudin)